Suatu rangkaian yang digunakan untuk menyesuaikan keluaran
sensor terhadap device yang terhubung dengannya agar data yang diambil valid.
Sensor-sensor elektronika memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, mulai dari ukuran, kepresisian, level tegangan masukan dan
keluaran, dan sebagainya. Pada kali ini penulis akan membahas karakteristik
yang berhubungan dengan level keluaran sensor. Keluaran sensor ada berupa
sinyal analog dan ada pula yang berupa sinyal digital. Contoh sensor dengan
keluaran berupa sinyal analog yaitu, sensor suhu, sensor garis, sensor arus,
sensor load cell, dan sebagainya. Sedangkan contoh sensor dengan keluaran
berupa sinyal digital yaitu, sensor api, sensor asap, sensor pyroelectric /
passive infrared (PIR) dan lain sebagainya.
Sinyal keluaran analog dan digital memiliki perbedaan
perlakuan sebelum data mereka diambil oleh suatu device, seperti misalnya
device mikrokontroller. Berikut ini masing-masing penggunaan pengkondisi sinyal
sensor.
1. Pengkondisi Sinyal Analog
Sensor dengan sinyal
keluaran analog dikondisikan dengan rangkaian pengkondisi sinyal analog yang
umumnya berupa pembagi tegangan, jembatan wheatstone, penguat inverting dan
penguat non inverting, dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh-contoh dari
pengkondisi sinyal analog.
- Pembagi Tegangan
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan energi
seperti energi listrik, energi kimia, energi mekanik dsb dengan masih
membutuhkan komponen lain untuk menghasilkan besaran yang lain. Contoh, LDR
sebagai sensor cahaya, kamera sebagai sensor penglihatan, dan lain-lain.
Sedangkan tranduser adalah alat yang digunakan untuk
mengkonversi satu energi ke bentuk energi yang lain tanpa membutuhkan komponen
lain. Contoh, LM35 yaitu merubah temperatur menjadi tegangan, generator yang
merubah energi mekanik menjadi energi listrik, dan lain-lain.
Berikut ini adalah contoh pengkondisi sinyal analog yang
menggunakan pembagi tegangan.
Gambar di atas adalah rangkaian pengkondisi sinyal sensor
gas TGS 2620. Sensor ini dapat mendeteksi gas methana, CO, Iso-butan, Hydrogen
dan Ethanol. Sensor ini keluarannya berupa perubahan resistansi. Sensor ini
dapat dibaca oleh mikrokontroller jika keluarannya berupa tegangan. Oleh karena
itu diperlukan resitor dan tegangan sumber agar keluarannya dapat dibaca oleh
mikrokontroller menggunakan fitur Analog to Digital Converter (ADC).
- Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone adalah suatu rangkaian listrik yang
digunakan untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui besarnya.
(Suryatmo, 1986). Jembatan ini digunakan untuk memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil
sekali. (Pratama, 2010)
Berikut ini adalah contoh penggunaan rangkaian jembatan
Wheatstone pada sensor Strain-gauge.
Perubahan regangan yang terjadi pada strain gauge adalah
sebanding dengan perubahan nilai hambatan pada strain gage tetapi nilai
perubahan hambatannya sangat kecil sehingga dibutuhkan rangkaian jembatan
wheatstone agar dapat diukur.
Alur penggunaan jembatan Wheatstone pada Strain-gauge yaitu:
Adanya tekanan atau gaya à Perubahan bentuk sensor à
Perubahan resistansi sensor à Jembatan Wheatstone tidak seimbang à Tegangan
muncul.
Tegangan yang muncul mempunyai rumus:
Dalam gambar, pengaruh regangan terhadap tegangan keluaran
jembatan Wheatstone diilustrasikan seperti berikut ini:
- Penguat Non Inverting
Tegangan sumber mikrokontroller umumnya menggunakan tegangan
5 Volt. Sehingga untuk Vref dari ADC biasanya menggunakan 5 Volt. Untuk sensor
atau tranduser yang mempunyai perubahan nilai keluaran yang kecil, misalnya
LM35 dengan keluaran 10mV/ derajat Celcius, perlu dikuatkan agar dapat dengan
mudah dibaca datanya. Karena mikrokontroller tegangannya tegangan single supply
(0 V-5 V), maka penguatan yang digunakan umumnya adalah penguat Non Inverting
yaitu penguatan yang keluarannya tidak mengubah polaritas tegangan masukannya.
Jika tegangan masukan berpolaritas positif, maka keluarannya juga positif.
Sebaliknya jika tegangan masukan berpolaritas negatif, maka keluarannya juga
negatif. Berikut ini adalah contoh penggunaan penguat Non Inverting sebagai
pengkondisi sinyal analog.
2. Pengkondisi Sinyal Digital
Sensor dengan sinyal
keluaran digital dikondisikan dengan rangkaian pengkondisi sinyal digital yang
umumnya berupa level converter (pengkonversi level tegangan). Contoh konversi
level tegangan misalnya, 9 V menjadi 5 V, 5 V menjadi 3,3 V, 3,3 V menjadi 5 V,
3,3 V menjadi 0 V, dan sebagainya.
Berikut ini adalah contoh level converter.
Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW1 terhubung ke
ground, maka transistor Q1 mati dan Q2 aktif sehingga tegangan keluaran (Out)
bernilai 0 Volt. Jika SW1 terhubung ke +3,3 Volt, maka Q1 aktif dan Q2 mati
sehingga tegangan keluaran bernilai +5 Volt.
Rangkaian di bawah ini juga termasuk rangkaian level
converter.
Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW3 terhubung ke ground,
maka transistor Q4 mati sehingga tegangan keluaran (Out) bernilai 5 Volt. Jika
SW3 terhubung ke +3,3 Volt, maka Q4 aktif sehingga tegangan keluaran bernilai 0
Volt.
Oke. Bagus Nilai 95
BalasHapus